Ada beberapa hal yang pasti akan kamu lakukan jika berbincang dengan seseorang.
Kontak mata, sentuhan fisik, dan kontrol nada suara. Tergantung dari seberapa dekat dan seberapa nyaman seorang tersebut dihadapanmu.
Kontak mata buatku sendiri merupakan hal wajib yang harus dilakukan ketika seseorang mengajakmu bicara. Bukankah seseorang bicara akan terlihat menyenangkan jika diberi perhatian dan juga tatapan langsung. Akan lebih merasa berharga dan juga punya arti. Bagaimana?
Tetapi ada suatu kondisi dimana tempat aku berpijak saat ini kontak mata bukanlah yang utama. Pemahaman adalah segalanya. Tentu saja ini merupakan hal baru buatku. Bukankah aku pernah menulisakan tentang hal ini pada tulisan yang telah lalu. Tentang bagaimana aku harus mendorong diriku sendiri untuk berusaha. Pemahaman singkat bisa saja merupakan perjalanan panjang. Entah seberapa keras aku berjuang setiap harinya, tapi bukankah setiap usaha pasti butuh pengorbanan. Jadi apa yang perlu disesalkan?
Mungkin seperti perbincanganku dengan Deka beberapa saat lalu. Di mana hari penuh tekanan sama sekali belum pernah kita rasakan. Hal ini pula yang menjadikan kita gagal dalam mencari pekerjaan di ibukota. Hingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa Tuhan masih menguji coba mental kita, dari bawah, merangkak naik perlahan hingga menjadi keras seperti baja. Pada akhirnya ini hanyalah soal pembiasaan dan pembelajaran.
Hidup itu keras, darimana kamu bisa bertahan jika tanpa pengalaman?
Comments
Post a Comment