Skip to main content

Posts

Fear of being unperfect

Memang sulit ya melupakan suatu peristiwa. Sudah beberapa hari ini, rasanya panas dan ingin meledak. Banyak skenario bermunculan di kepala. Agak bingung kenapa kok sebegininya, kenapa kok ada rasa meletup letup di dada. Rasa ingin berteriak, mengkonfrontasi secara langsung, bahwa ini salah, bahwa seharusnya begini dan ayo berproses bersama. Setelah dipikir pikir, rupanya ada silvia di umur 25 tahun yang memorinya muncul kembali. Rasa marah, putus asa, tidak ada jawaban dan tersudut kembali terekam. Kembali menghadapi seseorang yang susah diajak komunikasi dan tidak transparan. Sungguh lah rasanya sangat tidak nyaman. Rasanya seperti ingin mengulang moment dan menebus kesalahan, apa saja yg bisa dilakukan di masa itu, bisa juga harusnya dilakukan di masa kini. Harus bisa, opsi opsi sudah terlihat, tinggal bagaimana keputusan akan diambil. Ini kali ya yg namanya inner child terluka? Marah banget setiap ada muncul di pikiran, rupanya moment itu membekas sekali di ingatan. Tapi aku bangga,
Recent posts

Jiwa yang Bersedih

  Menangislah Kan kau juga manusia Tidak kah letih kakimu berlari Ada hal yang tak mereka mengerti Beri waktu tuk bersandar sebentar Selama ini kau hebat Hanya kau tak didengar Beberapa waktu yang lalu dengar lagu ini dari reels, dari seorang guru yang memposting muridnya sedang bersedih karena ibunya sudah sakit dalam waktu yang lama. Semua temannya menghibur, mengusap dan bilang ngga papa, menangis aja, semoga ibu segera sembuh. Lalu ibu guru itu bilang, terima kasih sudah bertahan, kamu hebat. Hanya sebuah kalimat tapi begitu bermakna. Aku menangis sejadi jadinya. Membayangkan jadi anak itu saja aku tidak akan sanggup. Bagaimana aku akan bertahan, hari hari pasti akan berbeda, banyak penyesuaian dengan penuh pengorbanan. Lain waktu aku dengar ini di radio, mungkin memang jiwaku sedang rapuh. Aku kembali menangis berderai air mata. Membayangkan banyak ibu, istri, dan mungkin orang yang sudah bekuat tenaga tapi memang belum terlihat hasilnya. Ingin mengeluh tapi merasa tidak sepantasn

Menjadi Dewasa

Buying a new pair shoes with fantastic price is a new thing for me. Wow, harga segitu bisa buat beli vacuum loh. Sungguh tercengang aku, berapa minggu sendiri research dan meyakinkan diri, beneran nih beli harga segini. Dan, akhirnya dibeli juga :" Habis itu apa? yaudah dipake aja, itu juga ngga sering, karena seringnya di rumah aja. Ngga ada rasa proud atau feel something different, ndak memudahkan hidup juga. Mungkin beda cerita kalo duit segitu aku beliin vacuum. Akan sangat mempermudah hidup. Sungguhlah dewasa ini masalah menentukan prioritas hidup hahaha Tapi sejak itu jadi banyak mikir, agaknya aku punya batas nominal tertentu untuk semua hal. Makanya kok beli sepatu ini aku maju mundur, banyak mundur tapi ingin didorong maju. Mungkin kalo dijabarkan, Rp 300.000,00 is a max for me to buy new clothes. Di atas harga itu, baju/celananya harus punya purpose. Sekali kalinya pernah beli blazer harga 500rb, karena buat kerja waktu itu. Bisa balik modal, tidak percuma. Ngeluarin uan

Looking for a friend

What do you see from your parents? I just see religion, less love and affection. The way you communicate is important, how you can feel alive and be the person loved at home. The things I know is, I don't want to raise my children like my parents raised me. That's not good and not appropriate. Yes, I'm aware of the religion but I didn't get any value and advice. Mostly are unreasonable explanation and I can't get any good discussion. Either way I got high voice upon me or they didn't hear any words came through my mouth. I'm an adult already, need a discussion in both way not just 'Hey, we're your parents. You can't say anything againts us, it's not allowed in our religion'.

Kematangan

Saya selalu suka membaca tulisan Uni Hesty di instagram. Seseorang yang sedang berusaha menyelesaikan study phd nya di negeri kangguru. Saya tidak kenal dia, saya hanya mampir ke profilenya setelah mendapatkan info dari Amrazing. Tulisannya manis, bisa bikin senyum sendiri sepanjang hari. Satu hal yang saya salut, dia menikmati semua waktunya yang tidak pasti bersama dengam orang yang dia sukai. Dia mengutarakannya dan tetap berada di sisinya meskipun orang yang dia sukai memberikan warna abu abu. Bukankah itu berat? Seperti tau dengan adanya penolakan tapi tidak dibarengi dengan pengusiran. Masih menjadi teman diskusi, bercanda dan melewati hari. Saya selalu terharu membaca setiap tulisannya. Sudah bukan roman picisan ala jaman anak SMA. Dia sudah matang secara perasaan. Send all warm regards to you mba, tetap bahagia ya :')

Titik Ternyaman

Saya takut dengan perubahan. Rasanya seperti akan membuyarkan semua yang ada. Ritme kehidupan, sistem komunikasi akan berantakan. Apa yang kita punya saat ini akan tidak lagi sama. Apa yang saya rasa juga akan berbeda. Karena memang sejatinya manusia tidak ditakdirkan untuk berdiam diri, perubahan merupakan sesuatu yang pasti. Saya takut meninggalkan zona nyaman. Begitu terlena dengan kesenangan yang ada membuat saya enggan untuk berpikir ke depan. Terkadang membuat saya berpikir, sebenarnya untuk apa saya bekerja. Jika mereka semua pergi satu persatu apa yang akan saya perbuat? Titik berat saya saat ini hanya ke mereka yang selalu riang tertawa, menjalani hari ke hari seperti layaknya kerja kelompok di waktu kuliah. Sangat nyaman.... Hingga saya jarang berpikir tentang beratnya pekerjaan saya. Tidak akan saya katakan berat jika saya ada dalam bidang ilmu yang sama. Belum reda rasa menolak perubahan, saya sudah dihadapkan dengan kenyataan yang seolah berkata 'Apakah kamu

Jalan Masa Depan

Tetiba kepikiran sama pekerjaan yang sekarang. Suka banget sama kantornya kenapa? Karena kerjaannya bukan? Atau sama orang orangnya? Atau karena peraturannya? Selama ini suka banget sama orang orangnya. Rasanya bukan kayak berangkat kantor tapi berangkat main. Kalo misalkan mereka ngga ada dan tergantikan gimana? Aku ngga siap kayaknya :') Satu udah pergi, satu lagi juga mau pergi. Yang satunya belum tentu bakal ada disitu terus. Rasanya pengen bilang kalo udah disini aja ngga usah kemana mana. Tapi masa depan kan di tangan masing masing, ngga bisa ngikutin, ngga bisa dipaksain. Pada akhirnya semua akan ada di jalan pilihannya sendiri. Manusia memang makhluk sosial, tapi juga bukan tempat untuk bergantung. Harus belajar ikhlas. People change anytime. Dijaga aja kenangannya biar ngga pudar :')