Memang sulit ya melupakan suatu peristiwa. Sudah beberapa hari ini, rasanya panas dan ingin meledak. Banyak skenario bermunculan di kepala. Agak bingung kenapa kok sebegininya, kenapa kok ada rasa meletup letup di dada. Rasa ingin berteriak, mengkonfrontasi secara langsung, bahwa ini salah, bahwa seharusnya begini dan ayo berproses bersama. Setelah dipikir pikir, rupanya ada silvia di umur 25 tahun yang memorinya muncul kembali. Rasa marah, putus asa, tidak ada jawaban dan tersudut kembali terekam. Kembali menghadapi seseorang yang susah diajak komunikasi dan tidak transparan. Sungguh lah rasanya sangat tidak nyaman. Rasanya seperti ingin mengulang moment dan menebus kesalahan, apa saja yg bisa dilakukan di masa itu, bisa juga harusnya dilakukan di masa kini. Harus bisa, opsi opsi sudah terlihat, tinggal bagaimana keputusan akan diambil. Ini kali ya yg namanya inner child terluka? Marah banget setiap ada muncul di pikiran, rupanya moment itu membekas sekali di ingatan. Tapi aku bangga,
Menangislah Kan kau juga manusia Tidak kah letih kakimu berlari Ada hal yang tak mereka mengerti Beri waktu tuk bersandar sebentar Selama ini kau hebat Hanya kau tak didengar Beberapa waktu yang lalu dengar lagu ini dari reels, dari seorang guru yang memposting muridnya sedang bersedih karena ibunya sudah sakit dalam waktu yang lama. Semua temannya menghibur, mengusap dan bilang ngga papa, menangis aja, semoga ibu segera sembuh. Lalu ibu guru itu bilang, terima kasih sudah bertahan, kamu hebat. Hanya sebuah kalimat tapi begitu bermakna. Aku menangis sejadi jadinya. Membayangkan jadi anak itu saja aku tidak akan sanggup. Bagaimana aku akan bertahan, hari hari pasti akan berbeda, banyak penyesuaian dengan penuh pengorbanan. Lain waktu aku dengar ini di radio, mungkin memang jiwaku sedang rapuh. Aku kembali menangis berderai air mata. Membayangkan banyak ibu, istri, dan mungkin orang yang sudah bekuat tenaga tapi memang belum terlihat hasilnya. Ingin mengeluh tapi merasa tidak sepantasn