Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2014

too late for dreaming?

Setiap orang pasti punya tapak jalan yang berbeda. Kalimat ini sudah umum dijumpai di berbagai belahan sudut. Terutama untuk mahasiswa tingkat akhir yang bergelut dengan skripsi atu pun tugas akhir. Suatu wejangan bijak yang mungkin terkadang disalah gunakan menjadi alasan untuk menunda kelulusan. Lantas, bagaimana setelah lulus? Setiap orang pula pasti punya sebuah impian. Entah impian itu bersifat sangat wajar, keluar jalur, ataupun impian yang bagi banyak orang, mungkin tidak cukup layak untuk diperjuangkan. Layak kah impian itu ditertawakan? Kurasa tidak. Sebagai manusia yang berpendidikan tidak seharusnya kita menganggap remeh impian seseorang, se-tidak rasional apapun impiannya. Pernahkah kamu berfikir, bahwa impian seseorang terkubur jauh dalam angan hanya karena gelak tawa dan cemoohan yang kamu buat? Dan tanpa kamu sadari pun, seseorang telah mati dalam jiwa hanya karena sikap yang sayangnya mungkin kurang kamu sadari. Karena sesungguhnya seseorang tanpa impian hanyalah...

Dua Macam Jenis Dengki

Ada suatu masa ketika rasa ingin menjadi orang lain itu muncul, atau rasa ingin memiliki yang orang lain punya itu timbul. Dengki lah bahasa lebih gampangannya. Kesannya negatif ya? Menurutku dengki itu ada dua macam. Pertama, dengki yang bisa memacu semangat dan kedua, dengki yang menimbulkan perhelatan nafas panjang. Mungkin bagi sebagian orang akan mengalami dengki jenis kedua terlebih dahulu sebelum melangkah ke dengki jenis pertama. Tapi ada sebagian orang yang dari awal hidupnya hanya mengalami dengki jenis pertama. Dengki yang bisa menimbulkan semangat mungkin akan banyak menimbulkan pertanyaan, "Kenapa dia bisa beruntung sekali?" dan "Kapan aku bisa jadi seperti dia?". Hal ini membuat kita berpikir dan melihat ke belakang. Mereka bisa meraih apa yang mereka punya sekarang tentunya dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah. Kita akan lebih pingin tahu bagaimana usaha dan doa yang mereka panjatkan. Dengan begitu kita jadi lebih bisa bersabar dan le...

Sedikit Usaha Perubahan

Dunia ini memang kejam, tapi bukan berarti anak anak yang harus menjadi korban. Di tengah keputusasaan ekonomi tidak seharusnya masa kecil anak dikorbankan. Lihat lah, di tengah guyuran hujan dan gelapnya malam mereka masih berjalan hilir mudik di antara mesin beroda dua dan empat. Berjalan tertatih tanpa alas kaki. Anak kecil, mungkin berumur 7-8 tahun, hanya mengenakan sehelai pakaian hangat dan celana training. Untuk anak seusianya, seharusnya dia belajar di rumah, ditemani sang ibu yang akan mengelus lembut kepalanya, dan sang kakak pun ikut berjalan mobil demi mobil mengemis rupiah. Di mana belas kasihan sang ibu yang tega membiarkan anak anaknya terguyur hujan dan tanpa alas kaki? Apa mereka tega mengorbankan kesehatan sang buah hati demi makan sehari-hari? Rasanya ingin sekali menghampiri anak anak itu dan berkata "sini kakak sekolahin kamu tapi janji ya jangan balik lagi minta-minta kesini". Bukannya berarti mereka belum tentu tidak sekolah, tapi barangkal...

Bonheur, et vous?

Absurd

"Mau sampe mana tahap akhirnya?" "Kalo uda setahun dua tahun masih lanjut?" "Orang tua gimana?"   Mari kita pikirkan sambil tidur. Dipikir karo turu wae cah.

Mimpi yang (Tak) Sempurna

Pekerjaan kaum sosialis sungguh menggoda, terbersit pikiran mau belok ranah pekerjaan. Jujur, sampe sekarang belom ada pandangan apapun tentang pekerjaan. Rumah sakit? Hell no... Sepertinya itu opsi terakhir. Gebetan kerjaannya standar sebenernya, Danone, Unilever, Nestle. Tapi bukan jadi dietitian , lantas apa? Entah lah, posisi manajemen SDM, pemasaran, dan kawannya terlihat lebih menarik. S upervisor PGI juga terdengar menjanjikan, wuih butuh pengalaman berapa tahun dulu mak, keburu tua anak kau nih :s Tapi harapan orang tua sama anak emang agak ga sejalan. Sebagai anak pertama pasti dituntut cepet kerja habis lulus, segera lah bantuin biaya kuliah adek. Sebagai anak pertama dengan bapak yang udah pensiun, juga pengen cepet dapet kerja, ringankan beban orang tua. Sebagai anak pertama menjelang fresh graduate  (secepatnya) merasa masih banyak mimpi yang tercecer nungguin buat dipungut. Menurut masing-masing orang, sukses itu relatif. Menurut bapak ibu, sukses adalah ketik...