Dunia ini memang kejam, tapi bukan berarti anak anak yang harus menjadi korban. Di tengah keputusasaan ekonomi tidak seharusnya masa kecil anak dikorbankan. Lihat lah, di tengah guyuran hujan dan gelapnya malam mereka masih berjalan hilir mudik di antara mesin beroda dua dan empat. Berjalan tertatih tanpa alas kaki. Anak kecil, mungkin berumur 7-8 tahun, hanya mengenakan sehelai pakaian hangat dan celana training. Untuk anak seusianya, seharusnya dia belajar di rumah, ditemani sang ibu yang akan mengelus lembut kepalanya, dan sang kakak pun ikut berjalan mobil demi mobil mengemis rupiah.
Di mana belas kasihan sang ibu yang tega membiarkan
anak anaknya terguyur hujan dan tanpa alas kaki?
Apa mereka tega mengorbankan kesehatan sang buah hati demi makan sehari-hari?
Apa mereka tega mengorbankan kesehatan sang buah hati demi makan sehari-hari?
Rasanya ingin sekali menghampiri anak anak itu dan berkata "sini
kakak sekolahin kamu tapi janji ya jangan balik lagi minta-minta kesini". Bukannya berarti mereka belum tentu tidak sekolah, tapi barangkali
memang siang hari pun mereka berperilaku seperti itu. Sungguh didikan mental yang
salah, jika terus dibiarkan mereka akan tumbuh dengan mental seperti pisang, ditekan
sedikit saja rusak, mudah benyek. Bahkan mungkin mereka tak segan untuk merendah
diri demi mendapat secercah rupiah.
Untuk saat ini aku lebih sering berpikir, apa yang bisa kuperbuat
untuk sekitar. Hidup bukan hanya sekedar menjalani roda kehidupan, tapi juga membentuknya menjadi lebih baik. Suatu saat kelak, ketika orang tidak hanya memandangku sebagai anak bau kencur, aku yakin untuk bisa berkontribusi lebih untuk sekitar.
Bentuk usaha kecil yang bisa diperbuat sekarang baru lah mematikan mesin sepeda motor sebelum lampu merah detik sepuluh, atau sebelum giliran lampu hijau searah ataupun melawan jarum jam, juga mematikan mesin dalam antrian pom bensin. Semuanya bukan demi penghematan, tapi demi udara sekitar yang lebih baik. Tanpa polusi dan panas berlebih.
Usaha lainnnya dengan menolak tas kresek ketika berbelanja, sebanyak apapun barang bawaannya. Usaha untuk tidak memberi recehan pada anak jalanan juga bentuk usaha kontribusi. Bagaimana bila mereka pikir dengan mengemis saja bisa dapat uang banyak, dan semakin bertambah orang tua yang menyuruh anaknya berdiri di pinggir jalan demi untung yang lebih banyak.
Bagaimana?
Bagaimana?
Memang jika hanya sendiri yang melakukan akan terlihat hasil yang nihil, tapi paling tidak kita sudah berusaha yang terbaik untuk membangun lingkungan sekitar. Kontribusi sekecil apapun akan memberikan manfaat besar jika kita memang tulus melakukannya.
Comments
Post a Comment